-
- Home »
- Fakta unik dan Informasi menarik , Keterampilan Interpersonal »
- Kebiasaan Menunda Pekerjaan
Unknown
On Thursday, 18 July 2013
Anda sering harus begadang
semalaman mengerjakan tugas untuk diserahkan besoknya, padahal tugas itu
diberikan 2 minggu lalu? Atau Anda sering merasa dikejar-kejar waktu ketika
menulis laporan proyek yang sudah selesai 1 bulan lalu? Kalau iya, Anda tidak
sendirian. Ada banyak orang yang
memiliki pola kerja seperti itu : menunda pekerjaan sampai saat – saat
terakhir. Istilahnya dalam ilmu psikologi adalah prokrastinasi (procrastination)
Tadinya, penunda pekerjaan yang
disebut prokrastinator dianggap lemah dalam hal management atau pengaturan
waktu. Mereka dianggap tidak bisa memilah dengan benar mana hal yang penting
dan harus dikerjakan lebih dulu serta mana yang tak penting. Bahkan ada pula
anggapan bahwa mereka itu pemalas. Tapi menurut Joseph Ferrari, Ph. D.,
profesor psikologi dari DePaul University, chicago, penelitian – penelitian
sikap menunda pada abad ke – 20 menyimpulkan prokrastinasi disebabkan oleh
gangguan kejiwaan dan kepribadian.
Ferrari mengatakan, penunda
kronis biasanya meragukan kemampuan dirinya sendiri dan sangat khawatir
terhadap penilaian orang lain. “Jadi, logika mereka,’kalau saya tak pernah
menyelesaikan pekerjaan saya, orang lain tak mungkin menilai kemampuan saya’,”
kata Ferrari. Menunda pekerjaan juga memungkinkan seorang penunda menemukan
dalih jika pekerjaannya tidak optimal. “Mereka sangat takut diraguka
kemampuannya sehingga memilih menyalahkan hal lain, seperti waktu yang tak
cukup atau terburu-buru mengerjakan ketika hasil kerja mereka tak optimal,”
kata Ferrari lagi.
Kebanyakan penunda secara sengaja
memilih untuk menciptakan situasi yang akan bisa ia salahkan apabila hasil
kerjanya tidak optimal. Dengan begitu, jika da sesuatu yang salah, mereka
berharap orang lain akan menyalahkan situasinya bukan kemampuan mereka.
Contoh menarik mengenai hal ini
diperagakan oleh sebuah penelitian. Dalam penelitian tersebut, peneliti
menemukan bahwa 60% responden yang tergolong penunda kronis mengatakan mereka
memilih bermain permainan video dibanding belajar untuk ujian yang sulit
keesokan harinya. Dengan begitu, ketika nilai ujian mereka jelek, mereka bisa
mengatakan kepada orang lain bahwa ia tidak belajar untuk ujian ( dan bermain
game) sehingga nilainya jelek. Dengan demikian orang akan mengalamatkan nilai ujiannya
yang jelek dengan sikap sembrononya bukan dengan kecerdasannya. Banyak psikolog
termasuk Ferrari yang berpendapat bahwa pola pikir seperti itu berakar dari
cara pengasuhan anak semasa kecil. Berdasarkan penelitiannya, Ferrari menemukan
sebagian penunda kronis memiliki orang tua (terutama ayah) yang bersifat
otoriter. Ia berpendapat sikap para penunda kronis merupakan cerminan
pemberontakan terhadap tuntutan ayah mereka. Sementara para ahli lain
berpendapat bahwa pola asuh otoriter, yaitu ketika orang tua selalu menentukan
apa, kapan, dan bagaimana anaknya mengerjakan sesuatu membuat anak-anak gagal
membentuk inisiatif dan kemampuan membuat perencanaan.
Sekali-sekali menunda pekerjaan,
terutama bila tak menyenangkan, tentu wajar-wajar saja. Tapi, penunda kronis
menunda hampir semua pekerjaannya sampai saat-saat terakhir. Dan itu bisa
berdampak buruk bagi kehidupan kariernya atau dalam bidang-bidang lain.
Misalnya, laporan ang dikerjakan terburu-buru tentu tak akan baik hasilnya.
Penelitian membuktikan hal tersebut, bahwa mahasiswa yang biasa menunda
tugasnya, biasanya mendapat ranking terendah di kelasnya.
Sebuah penelitian lain bahkan
menemukan sebagian besar penunda merasa hidupnya tak bahagia. Penyebabnya
terutama sekali adalah karena mereka sering mengalami kegagalan dalam hampir
semua hal yang ia kerjakan. Selain itu, mereka justru sering merasa tak punya
banyak waktu untuk melakukan hal-hal selain pekerjaannya. Mereka juga sering
merasa dikejar-kejar dan dihantui oleh pekerjaan yang belum ia selesaikan.
Kebanyakan penunda kronis sebenarnya sadar bahwa mereka memiliki pekerjaan yang
belum mereka selesaikan dan cemas apakah mereka dapat menyelesaikan pekerjaan
tersebut tepat waktu. Sayangnya, hal
tersebut tak juga membuat mereka bergerak untuk mengerjakan pekerjaannya lebih
awal.
Sumber :
Musbikin, Imam. 2010. Ensiklopedi Hasil Penelitian Ilmiah
Terpopuler dan Terpenting. Jakarta :
Diva Press.
Powered by Blogger.